Standardisasi akan Difokuskan untuk Produk UMKM dan Jasa
Pemerintah akan terus meningkatkan kualitas industri di bidang produk dan jasa melalui standarisasi dalam rangka meningkatkan daya saing. Standardisasi terutama akan difokuskan untuk produk UMKM dan jasa. Demikian disampaikan Deputi Menko Perekonomian Bidang Koordinasi Industri dan Perdagangan, Edy Putra Irawady usai memberikan sambutan dalam acara Seminar Badan Standardisasi Nasional (BSN) di Hotel Mulia, Jakarta Selasa (09/06/2009).
Ia menjelaskan, penerapan standar nasional akan sangat meningkatkan efek ekonomi, seperti nilai tambah suatu produk barang atau jasa dan dapat memberikan dampak positif terhadap nilai ekonomi. "Kita akan lebih fokus melakukan improvemen standardisasi di bidang jasa dan produk barang. Bidang jasa seperti standar operating prosedur (SOP) dan standar pelayanan, hal ini tidak hanya meningkatkan konsumsi masyarakat namun akan meningkatkan daya saing bangsa kita," ujar Edy.
Edy menambahkan, untuk produk barang standardisasi akan lebih fokus di produk usaha mikro kecil menengah (UMKM). "Produk UMKM dan jasa merupakan emas bagi Indonesia dengan melakukan standardisasi di sektor tersebut maka kualitas barang dan jasa dapat diterima di luar negeri untuk ekspor dan bagi dalam negeri akan meningkatkan konsumsi masyarakat," jelasnya.
Selain itu, Edy menambahkan, produk-produk inovatif juga akan dikembangkan untuk ekspor, sehingga nantinya produk Indonesia akan sesuai dengan standardisasi internasional. Edy menjelaskan, standardisasi nantinya juga akan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi produk dalam negeri.
"Saat ini yang menjadi kendala yakni kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya produksi dalam negeri yang sesuai standar, masyarakat masih mengutamakan produk impor dan produk asal murah saja tanpa memperhatikan standar," tuturnya.
Di tempat yang sama, Kepala BSN, Bambang Setiadi mengatakan Indonesia membutuhkan standar ekonomi secara umum. "Tidak hanya mencari peluang bisnis semata yaitu keuntungan, namun standard suatu produk juga harus diutamakan," tegasnya.
BSN, lanjut Bambang, telah melakukan beberapa penelitian terhadap dampak ekonomi penerapan standar nasional indonesia (SNI). Penelitian tersebut yang telah dilakukan BSN terhadap produk seperti minyak goreng, air minum dalam kemasan dan garam konsumsi. "Hasilnya tidak berbeda dengan apa yang dilakukan di negara seperti Jerman dan Inggris. Penerapan SNI di Indonesia cukup kuat memberikan dampak positif terhadap nilai ekonomi," jelasnya.
Di negara Jerman, lanjutnya, standardisasi telah memberikan kontribusi 1 persen terhadap perekonomian. "Di Inggris sendiri standardisasi telah menyumbang sebesar 13 persen untuk pertumbuhan produktifitas tenaga kerja ekonomi sebesar 2,5 miliar poundsterling pada tahun 2005," paparnya.
Ia mengharapkan di Indonesia, standardisasi juga dapat memberikan kontribusi dalam dampak perekonomian seperti di kedua negara tersebut. (dru/qom)