Standarisasi SNI Naikkan Nilai Daya Saing Produk UMKM
SURYA.co.id - Badan Standardisasi Nasional (BSN) menggelar sosialisasi bertajuk Manfaat Standardisasi untuk Pemastian Mutu/ Keamanan Produk dan Daya Saing Industri/ UMKM, kepada lebih dari 50 pelaku UKM di Jawa Timur, di Pasuruan, Jumat (17/1/2019).
Kegiatan yang digelar di Sampoerna Entrepreneurship Training Center (SETC) tersebut, Kepala BSN Bambang Prasetya memberikan pemaparan mengenai pentingnya standardisasi untuk meningkatkan daya saing UKM.
"Inisiatif ini merupakan upaya BSN dalam berkolaborasi guna mendukung pemberdayaan Usaha Kecil Menengah (UKM)," kata Bambang.
Salah satu langkah konkretnya adalah standardisasi UKM yang dapat mendorong daya saing UKM baik di dalam maupun luar negeri. Jumlah mereka mencapai jutaan, sehingga pemerintah dan semua pihak harus hadir untuk mendukung para pelaku UKM.
"Kami terus berupaya menciptakan role model penerapan SNI yang banyak pihak perlu diajari," lanjut Bambang.
Saat ini, banyak pihak yang sudah melakukan pendampingan UKM, baik itu dari Kementrian sampai CSR berbagai perusahaan.
"Semua kelompok yang mendampingi itu harus menggiring UKM untuk memiliki SNI, biar pemasaran mereka lebih luas," jelasnya.
Makanya, apa yang sudah dilakukan SETC ini sudah bagus. Mereka membina UKM sampai ke tingkat pemasarannya.
"Tinggal nambahin saja di ujung, apakah perlu di-SNI. Sehingga UKM lebih maju," ungkapnya.
Jatim sebagai salah satu provinsi di Indonesia dengan jumlah UKM yang sangat besar berpotensi menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi.
Jatim juga kerap kali mempromosikan komoditi UKM unggulannya seperti industri makanan dan minuman, tekstil dan alas kaki.
Pada awal tahun 2019, tercatat Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Timur sebesar Rp 2.189,78 triliun.
Menurut Bambang, potensi UKM yang ada saat ini dapat ditingkatkan lagi dengan standardisasi untuk dapat memperluas pasar dan mendapatkan kepercayaan konsumen.
Di SETC yang merupakan pusat pelatihan kewirausahaan PT HM Sampoerna Tbk (Sampoerna) tersebut, Bambang menuturkan standardisasi bertujuan untuk melindungi masyarakat konsumen, tetapi jauh lebih penting adalah bagaimana mendukung iklim usaha yang kondusif dan peningkatan daya saing antar pelaku usaha.
“Peran BSN adalah sebagai lembaga yang mendukung proses pembangunan di Indonesia baik dalam konteks pembangunan fisik, pengelolaan sumber daya alam yang efisien, serta pembangunan manusia Indonesia yang berdaya saing tinggi lewat standardisasi,†ungkap Bambang.
Saat ini, BSN secara proaktif hadir di tengah-tengah pelaku UKM untuk meningkatkan kesadaran mengenai iklim usaha yang saat ini sangat kompetitif.
"Kami memiliki banyak role model dari usaha kecil dan mikro yang didampingi BSN selama beberapa tahun sehingga sukses," jelas Bambang.
Pihaknya pun berharap, melalui aktivitas di SETC ini, dapat memberikan gambaran secara jelas bagaimana standardisasi produk dapat berdampak terhadap peningkatan usaha para pelaku UKM.
Selain itu, Bambang juga mengapresiasi Sampoerna dalam upayanya memajukan UKM.
Menurutnya, lewat SETC, UKM sebagai pemegang peranan kunci dalam penciptaan lapangan kerja dapat turut mendorong pertumbuhan ekonomi.
Untuk itu dibutuhkan kolaborasi antar berbagai pihak agar dapat mendorong UKM memiliki daya saing tinggi, memperbesar pasar, hingga upaya mengantongi sertifikasi seperti Standar Nasional Indonesia (SNI) dan izin Produksi Industri Rumah Tangga (P-IRT).
“Pertemuan di SETC diharapkan bisa menjadi langkah maju buat UKM. Apalagi dalam era industri 4.0 ini, standardisasi memainkan peran penting dalam mendukung perdagangan antar negara. Tidak hanya bagi perusahaan besar saja, para pelaku UKM pun dapat mewarnai kegiatan ekspor, termasuk UKM dari Jatim,†pungkasnya.